Medan Sosial Seni Rupa Bali
BALINESE
ARTWORLD
(Medan Sosial Seni Rupa Bali)
Praktik
seni rupa bali tumbuh berkembang bersama dengan perubahan – perubahan dan
perjalanan sejarah masyarakatnya , dalam ruang lingkup seni rupa bali pada
awalnya tidak lah di kenal karya – karya lukis komersial yang ada hanyalah
lukisan sebagai kesenian sakral karena lukisan tersebut semata – mata dibuat
sebagai persembahan kepada dewa oleh
karena itu tema yang seniman ambil lebih menekankan kepada kehidupan para dewa
seperti halnya yang di gambar kan pada karya lukis kamasan bali, lukisan gaya
klasik kemasan ini memakai dua dimensi saja , panjang dan lebar dan tidak di
kenal istilah perspektif pada karya lukis kamasan bali sehingga tidak terlihat
adanya jauh dekat sedangkan objek yang dilukiskan seperti wayang , datar tanpa
sudut pandang (perspektif) ataupun kedalaman .
Lukisan
yang sangat mirip dengan kemasan klasik adalah gaya klasik batuan dimana
perbedaannya terdapat pada media dan juga pewarna lukisannya karena di lukisan
gaya batuan ini biasanya mamakai kertas sebagai media lukisnya sedangkan dalam
hal pewarnaan biasanya menggunakan tinta china karena yang sangat di tonjolkan
adalah efek berlawanan antara gelap – terang. Lukisan gaya batuan ini lebih
menceritakan tentang cerita – cerita rakyat bali , dongeng – dongeng rakyat dan
semacam nya sehingga membutuhkan pemahaman tentang kepercayaan rakyat bali
untuk memahami lukisannya.
Setelah
bali di kuasai oleh belanda para ilmuwan dan para seniman barat berdatangan ke
Bali atas undangan raja ubud , Cokorda Sukawati yang sangat menyukai kesenian
diantaranya para musician , para perancang tari , para penulis dan juga para
pelukis. Raja ubud ini mengundang seniman barat untuk menetap di ubud dan di
beri hadiah tanah untuk membangun rumah dan studio misalnya Walter spies , Miquel dan Rosa Covarrubias yang menuliskan
buku The Island Of Bali yang hingga
kini masih menjadi acuan semua buku tentang pulau bali , Rudolf Bonet dan
Adrian Le Mayeur yang mendirikan organisasi para seniman Pita Maha bersama I
Gusti nyoman lempard , I Sobrat , I Tegalan . tujuan organisasi Pita Maha ini
adalah untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali dan membantu menjualkan
karya – karya mereka kepada pecinta seni di barat. dan lebih banyak lagi
seniman barat yang datang ke bali : Theo Meier , Anthropolog Jane Belo ,
pemusik Colin McPhee , Antonio Blanco, dan sebagainya.
Kedatangan
para seniman barat tersebut banyak berpengaruh pada gaya lukisan yang muncul
pada saat itu yang kita kenal sebagai gaya tradisional Ubud dan gaya
tradisional Pengosekan. Tema yang diusung sudah menyentuh rakyat biasa ataupun
peristiwa kehidupan sehari hari , misalnya suasana pasar di desa , upacara
keagamaan di pura dan semacamnya. Warna – warna yang dipakai adalah warna –
warna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang di
hasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan perspektif.
Sekitar
tahun 1950-an , seorang pelukis asal Belanda , Arie Smith, mulai mengajak anak
– anak petani asal desa penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari
bekerja di sawah. Mereka di bebaskan melukis sesuai dengan idenya masing-
masing dan menggunakan warna – warna yang mereka sukai dan hasil karya mereka
kemudian di kenal dengan gaya lukisan Young Artist atau Naive dengan ciri khas
imajinasi anak – anak yang masih lugu , memenuhi bidang gambar tanpa banyak
mementingkan kedalaman ataupun perspektif.
Dan
dalam era sekarang ini seni rupa modern bali telah terlembagakan melalui
disiplin akademik melalui sanggar ataupun di sekolah sekolah tinggi dan juga
telah bermunculan sistem keprofesian seperti halnya seniman , kritikus ,
sejarawan, dll. Di era modern ini terjadilah proses “pencanggihan” dengan
lahirnya karya – karya baru , berbagai wacana, berbagai pemikiran dan interaksi
sehingga karya seni yang di visualisasikan sangat berbeda dengan generasi yang
sebelumnya karena pencapaian aesthetic lah yang menjadi tonggak seni rupa modern
bali hadirnya konstruksi baru tentang identitas bali dalam karya di modern ini
sejalan dengan transformasi modernisasi bali yang melahirkan industri
pariwisata bali sekarang ini. Dengan dukungan yang kuat dari segi infrastruktur
seperti : galeri , museum , media masa dan tentunya penulis seni rupa di Bali.
Kondisi
tersebut sebetulnya menyiratkan mulai terbentuknya instiusi seni rupa modern di
bali mengikuti institutional of art
theory jelas ada usaha menempatkan seni dan non seni atau siapa yang pantas
berada di posisi tertinggi atau yang patut di catat dalam seni rupa bali.
Seperti yang di tuliskan Arthur danto dalam artikel nya “the Artworld” menurut danto yang membuat benda – benda itu menjadi
seni adalah posisi mereka dalam konteks (sejarah) , atau dengan kata lain
posisi mereka dalam artworld atau medan seni. Tulisnya : “untuk melihat sesuatu
sebagai seni , kita membutuh sesuatu yang tak terjangkau oleh mata – sebuah
suasana teori artistik, pengetahuan tentang sejarah seni : sebuah Artworld” (Danto,1964:41) dalam lingkup
seni Artworld mengacu pada institusi
sosial yang lebar dimana karya seni itu di tempatkan.
The
artworld terdiri dari ikatan system : teater, lukisan , patung , music , dll
yang mana masing masing masih berhubungan dengan latar belakang lembaga untuk
di buatkan status pada object dalam daerahnya. Personal inti dari Artworld
adalah suatu organisasi bebas , akan tetapi meskipun demikian saling terkait,
bagian dari oknum termasuk seniman , producers, direktur museum , kritikus ,
ahli sejarah seni , ahli teori seni , para filosofi seni dan sebagai nya.
Akan
tetapi bagaimana kah status kandidat seni untuk diapreasi itu di rundingkan ? ,
Status karya seni sebagai kandidat untuk diaprsiasi bisa di peroleh dari
seseorang yang bertindak pada kepentingan artworld dan memperlakukan artifact
sebagai kandidat untuk di apresiasi. Oleh karena itu pada era modern ini
bagaimana seorang seniman bisa menempatkan dirinya dalam lingkup artworld sehingga mereka mendapat pengakuan atas karya
seni yang mereka buat. Dalam lingkup kesenirupaan di Bali Artworld sendiri
telah di bentuk oleh kelembagaanan nya
baik itu oleh individual maupun
oleh organisasi suatu kelompok dengan berbagai fungsi dari personal intinya
sendiri berbagai diantaranya yaitu dalam lingkup personal inti sebagai seorang
Artist , seniman bali pada era nya menciptakan suatu karya seni berdasarkan
perubahan dan perjalanan sejarah masyarakatnya sendiri sehingga karyanya sangat
kental akan tradisi bali dan di era modern ini seniman bali cenderung sama
dengan seniman lainnya yang gandrung akan kegiatan kesenian dalam lingkup
pameran misalnya karena ia cenderung berusahan menempatkan dirinya dalam posisi
Artworld disisi lain dalam hal pengakuan dalam lingkup Artworld salah satu
seniman bali Mangu Putra mengumpamakan bahwa sebuah pengakuan itu ibarat sebuah
pohon saat sebuah pohon masih kecil ia di injak – injak dan tidak di pedulikan
akan tetapi ia akan ditoleh ketika pohon itu tumbuh besar dan berbunga. Di sisi
lain di Bali banyak juga pelukis bali yang mengesampingkan profesi sebagai
seniman karena seperti yg kita ketahui di bali sendiri kesenian menjadi hal
yang melekat pada tiap individu di bali karena sejak mereka masih kecil
penduduk bali sudah mendapatkan pendidikan seni karena dari pemerintah Bali
sendiri sudah menekankan kewajiban pendidikan seni baik seni tari , musik ,
maupun yg lainnya jadi ada juga yg mengesampingkan profesi seniman dan mereka
memiliki profesi utamanya masing – masing jadi untuk menciptakan suatu karya
seni mereka hanya menciptakan karya seni untuk menambah penghasilan saja
misalnya bagaimana bisa kita lihat dimana banyak hasil dari karya seni di bali
yang di jual dengan harga murah karena pelukisnya senidiri pun hanya
mementingkan pasar saja , hal semacam demikian tidak akan diakui ke dalam ruang
lingkup Artworld malainkan mereka hanyalah seorang craftman bukan seniman.
Dalam lingkup Artworld posisi sejarahwan
berbeda pula dari seniman itu sendiri , sejarahwan dibali sendiri melakukan
upaya penelitian dan kajian mengenai seni di bali karena seni di bali seperti
terpisah dengan perkembangan seni yg ada di jawa maupun di bagian indonesia
lain secara keseluruhan karena di Bali sendiri sangat kental dengan tradisi
masyarakatnya dan menurut saya sejarah seni rupa di bali ini memiliki sejarah
seni nya sendiri terpisah dari sejarah seni rupa indonesia hal itu dapat kita
lihat dimana banyak buku seni rupa Bali baik yg tradisional , modern maupun
kontemporer di ulas khusus dan terpisah dari indonesia.
Selain
seniman dan sejarahwan ada juga kurator dalam lingkup Artworld bali. Dalam
Perupa bali ada juga banyak seniman yang belum dikenal dan belum memeroleh
pasar dalam pemacahan masalah tersebut dapat dipecahkan dengan jalan membuat
suatu ajang pameran seni dari pameran seni inilah dibutuhkan sebuah wacana di
butuhkan lah seorang kurator karena kurator adalah pekerja profesional yang
memiliki pengetahuan , wawasan dan daya kritis-teoritis dalam melihat persoalan
seni rupa. Jadi dalam lingkup kesenirupaan bali juga sangat dibutuhkan dengan
adanya kurator dalam menangani pameran seni untuk menunjang pasar seniman.
Kemudian
selain itu Art Gallery juga sangat penting dalam lingkup Artworld di seni rupa
Bali , di Bali sendiri sepertinya penuh dengan gallery seni rupa yang
bertebaran seperti di ubud , kuta , sanur dan sebagainya, seperti halnya yg
kita ketahui galeri seni adalah ruang dimana berbagai bentuk seni di tampilkan
kepada publik yang bertujuan untuk memberikan pengakuan dan mempromosikan bakat
yg kita miliki dan hal ini juga diuntungkan dalam menciptakan kesadaran bagi
seni diantara masyarakat umum. Art Gallery tersebut telah di bentuk oleh
kelembagaanan nya baik itu oleh individual maupun oleh organisasi suatu
kelompok , di Bali senidiri juga terdapat banyak galleri yg tercipta secara
individual , Neka Art museum dan Agung
Rai Museum of art. Di neka art museum sendiri terdapat banyak lukisan yg di
koleksi oleh suteja neka, disini tedapat banyak koleksi dari lukisan kamasan
bali , batuan , ubud style hingga lukisan modern juga ada , Begitu pula di
Agung Rai museum of art yg terdapat banyak koleksi Agung Rai dimana di neka art museum dan agung rai museum karya
– karya yg di tempatkan sudah mendapat pengakuan dari Artwolrd itu sendiri ,
namun bagaimana dengan karya – karya anonim yang berada di neka art museum dan
Agung rai museum bisa diakui dalam Artworld , lukisan anonym yang ditempatkan
di gallery tersebut merupakan lukisan turun menurun yang di wariskan dan
kebanyakan dari lukisan anonym itu sendiri adalah lukisan gaya bali tradisional
apabila di tinjau dari sejarah nya pada saat itu mereka melukis hanya untuk
persembahan kepada dewa maupun melukis untuk raja sehingga karya nya kebanyakan
bersifat anonym. Dan ada juga kolektor dalam lingkup artworld di bali dimana
biasanya mereka mengoleksi seni untuk di buatkan gallery seni yang nantinya
akan menunjang berkembangnya kesenian di bali.
Tentunya
apabila di tinjau dari ruang lingkup Artword di bali terjadilah jejaring
masyarakat seni yang secara bersama – sama terlibat dalam kegiatan berkesenian,
keterlibatan tersebut dapat berupa penciptaan karya seni , kritik seni ,
pengkoleksian seni maupun manajemen seni. Dengan demikian elemen – elemen
artword seperti halnya seniman, kolektor , kritikus dan sebagainya saling
terikat antara yang satu dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar