Rabu, 14 Juni 2017

Medan Sosial Seni Rupa Bali



BALINESE ARTWORLD

 (Medan Sosial Seni Rupa Bali)





Praktik seni rupa bali tumbuh berkembang bersama dengan perubahan – perubahan dan perjalanan sejarah masyarakatnya , dalam ruang lingkup seni rupa bali pada awalnya tidak lah di kenal karya – karya lukis komersial yang ada hanyalah lukisan sebagai kesenian sakral karena lukisan tersebut semata – mata dibuat sebagai persembahan kepada dewa  oleh karena itu tema yang seniman ambil lebih menekankan kepada kehidupan para dewa seperti halnya yang di gambar kan pada karya lukis kamasan bali, lukisan gaya klasik kemasan ini memakai dua dimensi saja , panjang dan lebar dan tidak di kenal istilah perspektif pada karya lukis kamasan bali sehingga tidak terlihat adanya jauh dekat sedangkan objek yang dilukiskan seperti wayang , datar tanpa sudut pandang (perspektif) ataupun kedalaman .




Lukisan yang sangat mirip dengan kemasan klasik adalah gaya klasik batuan dimana perbedaannya terdapat pada media dan juga pewarna lukisannya karena di lukisan gaya batuan ini biasanya mamakai kertas sebagai media lukisnya sedangkan dalam hal pewarnaan biasanya menggunakan tinta china karena yang sangat di tonjolkan adalah efek berlawanan antara gelap – terang. Lukisan gaya batuan ini lebih menceritakan tentang cerita – cerita rakyat bali , dongeng – dongeng rakyat dan semacam nya sehingga membutuhkan pemahaman tentang kepercayaan rakyat bali untuk memahami lukisannya.




Setelah bali di kuasai oleh belanda para ilmuwan dan para seniman barat berdatangan ke Bali atas undangan raja ubud , Cokorda Sukawati yang sangat menyukai kesenian diantaranya para musician , para perancang tari , para penulis dan juga para pelukis. Raja ubud ini mengundang seniman barat untuk menetap di ubud dan di beri hadiah tanah untuk membangun rumah dan studio misalnya Walter spies ,  Miquel dan Rosa Covarrubias yang menuliskan buku The Island Of Bali yang hingga kini masih menjadi acuan semua buku tentang pulau bali , Rudolf Bonet dan Adrian Le Mayeur yang mendirikan organisasi para seniman Pita Maha bersama I Gusti nyoman lempard , I Sobrat , I Tegalan . tujuan organisasi Pita Maha ini adalah untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali dan membantu menjualkan karya – karya mereka kepada pecinta seni di barat. dan lebih banyak lagi seniman barat yang datang ke bali : Theo Meier , Anthropolog Jane Belo , pemusik Colin McPhee , Antonio Blanco, dan sebagainya.




Kedatangan para seniman barat tersebut banyak berpengaruh pada gaya lukisan yang muncul pada saat itu yang kita kenal sebagai gaya tradisional Ubud dan gaya tradisional Pengosekan. Tema yang diusung sudah menyentuh rakyat biasa ataupun peristiwa kehidupan sehari hari , misalnya suasana pasar di desa , upacara keagamaan di pura dan semacamnya. Warna – warna yang dipakai adalah warna – warna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang di hasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan perspektif.




Sekitar tahun 1950-an , seorang pelukis asal Belanda , Arie Smith, mulai mengajak anak – anak petani asal desa penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari bekerja di sawah. Mereka di bebaskan melukis sesuai dengan idenya masing- masing dan menggunakan warna – warna yang mereka sukai dan hasil karya mereka kemudian di kenal dengan gaya lukisan Young Artist atau Naive dengan ciri khas imajinasi anak – anak yang masih lugu , memenuhi bidang gambar tanpa banyak mementingkan kedalaman ataupun perspektif.




Dan dalam era sekarang ini seni rupa modern bali telah terlembagakan melalui disiplin akademik melalui sanggar ataupun di sekolah sekolah tinggi dan juga telah bermunculan sistem keprofesian seperti halnya seniman , kritikus , sejarawan, dll. Di era modern ini terjadilah proses “pencanggihan” dengan lahirnya karya – karya baru , berbagai wacana, berbagai pemikiran dan interaksi sehingga karya seni yang di visualisasikan sangat berbeda dengan generasi yang sebelumnya karena pencapaian aesthetic lah yang menjadi tonggak seni rupa modern bali hadirnya konstruksi baru tentang identitas bali dalam karya di modern ini sejalan dengan transformasi modernisasi bali yang melahirkan industri pariwisata bali sekarang ini. Dengan dukungan yang kuat dari segi infrastruktur seperti : galeri , museum , media masa dan tentunya penulis seni rupa di Bali.




Kondisi tersebut sebetulnya menyiratkan mulai terbentuknya instiusi seni rupa modern di bali mengikuti institutional of art theory jelas ada usaha menempatkan seni dan non seni atau siapa yang pantas berada di posisi tertinggi atau yang patut di catat dalam seni rupa bali. Seperti yang di tuliskan Arthur danto dalam artikel nya “the Artworld” menurut danto yang membuat benda – benda itu menjadi seni adalah posisi mereka dalam konteks (sejarah) , atau dengan kata lain posisi mereka dalam artworld atau medan seni. Tulisnya : “untuk melihat sesuatu sebagai seni , kita membutuh sesuatu yang tak terjangkau oleh mata – sebuah suasana teori artistik, pengetahuan tentang sejarah seni : sebuah Artworld” (Danto,1964:41) dalam lingkup seni Artworld  mengacu pada institusi sosial yang lebar dimana karya seni itu di tempatkan.




The artworld terdiri dari ikatan system : teater, lukisan , patung , music , dll yang mana masing masing masih berhubungan dengan latar belakang lembaga untuk di buatkan status pada object dalam daerahnya. Personal inti dari Artworld adalah suatu organisasi bebas , akan tetapi meskipun demikian saling terkait, bagian dari oknum termasuk seniman , producers, direktur museum , kritikus , ahli sejarah seni , ahli teori seni , para filosofi seni dan sebagai nya.




Akan tetapi bagaimana kah status kandidat seni untuk diapreasi itu di rundingkan ? , Status karya seni sebagai kandidat untuk diaprsiasi bisa di peroleh dari seseorang yang bertindak pada kepentingan artworld dan memperlakukan artifact sebagai kandidat untuk di apresiasi. Oleh karena itu pada era modern ini bagaimana seorang seniman bisa menempatkan dirinya dalam lingkup artworld  sehingga mereka mendapat pengakuan atas karya seni yang mereka buat. Dalam lingkup kesenirupaan di Bali Artworld sendiri telah di bentuk oleh kelembagaanan nya  baik itu  oleh individual maupun oleh organisasi suatu kelompok dengan berbagai fungsi dari personal intinya sendiri berbagai diantaranya yaitu dalam lingkup personal inti sebagai seorang Artist , seniman bali pada era nya menciptakan suatu karya seni berdasarkan perubahan dan perjalanan sejarah masyarakatnya sendiri sehingga karyanya sangat kental akan tradisi bali dan di era modern ini seniman bali cenderung sama dengan seniman lainnya yang gandrung akan kegiatan kesenian dalam lingkup pameran misalnya karena ia cenderung berusahan menempatkan dirinya dalam posisi Artworld disisi lain dalam hal pengakuan dalam lingkup Artworld salah satu seniman bali Mangu Putra mengumpamakan bahwa sebuah pengakuan itu ibarat sebuah pohon saat sebuah pohon masih kecil ia di injak – injak dan tidak di pedulikan akan tetapi ia akan ditoleh ketika pohon itu tumbuh besar dan berbunga. Di sisi lain di Bali banyak juga pelukis bali yang mengesampingkan profesi sebagai seniman karena seperti yg kita ketahui di bali sendiri kesenian menjadi hal yang melekat pada tiap individu di bali karena sejak mereka masih kecil penduduk bali sudah mendapatkan pendidikan seni karena dari pemerintah Bali sendiri sudah menekankan kewajiban pendidikan seni baik seni tari , musik , maupun yg lainnya jadi ada juga yg mengesampingkan profesi seniman dan mereka memiliki profesi utamanya masing – masing jadi untuk menciptakan suatu karya seni mereka hanya menciptakan karya seni untuk menambah penghasilan saja misalnya bagaimana bisa kita lihat dimana banyak hasil dari karya seni di bali yang di jual dengan harga murah karena pelukisnya senidiri pun hanya mementingkan pasar saja , hal semacam demikian tidak akan diakui ke dalam ruang lingkup Artworld malainkan mereka hanyalah seorang craftman bukan seniman.




 Dalam lingkup Artworld posisi sejarahwan berbeda pula dari seniman itu sendiri , sejarahwan dibali sendiri melakukan upaya penelitian dan kajian mengenai seni di bali karena seni di bali seperti terpisah dengan perkembangan seni yg ada di jawa maupun di bagian indonesia lain secara keseluruhan karena di Bali sendiri sangat kental dengan tradisi masyarakatnya dan menurut saya sejarah seni rupa di bali ini memiliki sejarah seni nya sendiri terpisah dari sejarah seni rupa indonesia hal itu dapat kita lihat dimana banyak buku seni rupa Bali baik yg tradisional , modern maupun kontemporer di ulas khusus dan terpisah dari indonesia.




Selain seniman dan sejarahwan ada juga kurator dalam lingkup Artworld bali. Dalam Perupa bali ada juga banyak seniman yang belum dikenal dan belum memeroleh pasar dalam pemacahan masalah tersebut dapat dipecahkan dengan jalan membuat suatu ajang pameran seni dari pameran seni inilah dibutuhkan sebuah wacana di butuhkan lah seorang kurator karena kurator adalah pekerja profesional yang memiliki pengetahuan , wawasan dan daya kritis-teoritis dalam melihat persoalan seni rupa. Jadi dalam lingkup kesenirupaan bali juga sangat dibutuhkan dengan adanya kurator dalam menangani pameran seni untuk menunjang pasar seniman.




Kemudian selain itu Art Gallery juga sangat penting dalam lingkup Artworld di seni rupa Bali , di Bali sendiri sepertinya penuh dengan gallery seni rupa yang bertebaran seperti di ubud , kuta , sanur dan sebagainya, seperti halnya yg kita ketahui galeri seni adalah ruang dimana berbagai bentuk seni di tampilkan kepada publik yang bertujuan untuk memberikan pengakuan dan mempromosikan bakat yg kita miliki dan hal ini juga diuntungkan dalam menciptakan kesadaran bagi seni diantara masyarakat umum. Art Gallery tersebut telah di bentuk oleh kelembagaanan nya  baik itu  oleh individual maupun oleh organisasi suatu kelompok , di Bali senidiri juga terdapat banyak galleri yg tercipta secara individual , Neka Art museum  dan Agung Rai Museum of art. Di neka art museum sendiri terdapat banyak lukisan yg di koleksi oleh suteja neka, disini tedapat banyak koleksi dari lukisan kamasan bali , batuan , ubud style hingga lukisan modern juga ada , Begitu pula di Agung Rai museum of art yg terdapat banyak koleksi Agung Rai dimana  di neka art museum dan agung rai museum karya – karya yg di tempatkan sudah mendapat pengakuan dari Artwolrd itu sendiri , namun bagaimana dengan karya – karya anonim yang berada di neka art museum dan Agung rai museum bisa diakui dalam Artworld , lukisan anonym yang ditempatkan di gallery tersebut merupakan lukisan turun menurun yang di wariskan dan kebanyakan dari lukisan anonym itu sendiri adalah lukisan gaya bali tradisional apabila di tinjau dari sejarah nya pada saat itu mereka melukis hanya untuk persembahan kepada dewa maupun melukis untuk raja sehingga karya nya kebanyakan bersifat anonym. Dan ada juga kolektor dalam lingkup artworld di bali dimana biasanya mereka mengoleksi seni untuk di buatkan gallery seni yang nantinya akan menunjang berkembangnya kesenian di bali. 

Tentunya apabila di tinjau dari ruang lingkup Artword di bali terjadilah jejaring masyarakat seni yang secara bersama – sama terlibat dalam kegiatan berkesenian, keterlibatan tersebut dapat berupa penciptaan karya seni , kritik seni , pengkoleksian seni maupun manajemen seni. Dengan demikian elemen – elemen artword seperti halnya seniman, kolektor , kritikus dan sebagainya saling terikat antara yang satu dengan yang lain.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar