Mengkaji Sebuah Lukisan Karya
Basoeki Abdullah “Sungai Yang Tak Pernah
Kembali”
Nabila Warda Safitri
“ Ketika sebuah identitas menguap, keahlian
apalagi yang bisa kita banggakan ? ” pertanyaan tersebut terdengar klise ,
namun menjadi sesuatu yang essensial terutama bagi Basoeki Abdullah sebagai
sosok tokoh kunci praktik seni lukis indonesia. Keistimewaan karya Basoeki
Abdullah dewasa ini masih melekat pada medan sosial seni rupa (ArtWorld) di
indonesia yang dimana bisa kita lihat melalui catatan – catatan tentangnya di
berbagai buku kesenian, juga masih bisa kita rasa melalui banyak nya pameran hasil karya beliau yang masih
diselenggarakan hingga saat ini. Namun seiring zaman yang semakin berputar,
semuanya pun justru memudar. Kini yang kita sebut istimewa tak lagi semanis
derawa. Sekilas kabar seni yang menyiratkan suatu bentuk modernisasi yang
dimana sering kita dengar dengan istilah kontemporer, membuat penulis justru
merasakan hati yang sakit dan miris jika membayangkan spirit Basoeki Abdullah
kelak, bagaimana tidak dalam alurnya memang beliau telah memasuki spirit
perkembangan seni pada zamannya akan tetapi dengan karya lukis naturalis-realis
yang dibuatnya tentunya tidak menggoyahkan spirit kesenian bagi para seniman di
masa kini dan kelak, namun agaknya identitas beliau sebagai seorang seniman
sudah melegenda sejak zamannya dimana kiprah beliau sebagai sosok seniman mooi
indie cukup diakui oleh institusi seni pada masa itu sehingga namanya pun
tercatat dalam sejarah seni rupa indonesia.
Menyoal dari sisi karya Basoeki
Abdullah sebagai sosok mooi indie tidaklah salah jika visualisasi lukisan –
lukisan beliau adalah pancaran pergulatan garis, warna dengan selera sekelompok
kaum yang melihat timur sebagai bagian yang eksotik tak salah jika perbincangan
mengenai karya Basoeki Abdullah kerap menukik pada kesimpulan bahwa lukisan
beliau berupaya mempresentasikan Indonesia rasa Belanda. Kebanyakan dari pelukis mooi indie sendiri mereka lebih menempatkan
obyek – obyek dalam komposisi yang formal, seimbang, sehingga menghasilkan
suasana tenang, konsekuensinya komposisi mengarah pada struktur diagonal atau bloking
obyek – obyek dari sudut kanvas untuk menimbulkan suasana tegang dan dramatis. Persoalan
mengidentifikasi kini memanglah tidak sederhana maka saat ini alangkah menarik
jika kita membahas rupa karya Basoeki Abdullah yang memberi kesan molek seperti
pada salah satu karya basuki yang berjudul “Sungai
Yang Tak Pernah Kembali” dalam lukisan yang terbentang luas dengan ukuran
125cm x 200cm ini kita dapat menilik berbagai macam obyek yang tergambar yang
tidak lain merupakan obyek – obyek yang biasa di terapkan dalam lukisan mooi
indie yaitu menggambarkan obyek alam dimana pada lukisan Basoeki Abdullah ini
menghadirkan representasi alam yang apabila kita lihat secara visual
representasi alam tersebut cukup membuat terkesan melalui detail – detail rumit
yang di gambar melalui obyek alam seperti gunung, pepohonan, sungai dan lain
sebagainya, yang dimana dilukiskan dengan indahseperti corak mooi indie yang
terpengaruh kemolekan hindia belanda. Obyek-obyek tersebut di gambarkan dengan
naturalis-realis dengan goresan yang halus dan spontan yang digambarkan dengan
cat minyak melalui media kanvas, kesederhanaan metode tersebut mengisyaratkan
bahwa betapa besarnya hasrat untuk meniru dari lingkungan alam semesta dan
dengan demikian tidaklah luput dari metode awal yang menggunakan imitasi dari kehidupan
seperti ungkap Aristoteles via Djelantik (1990) kesenian itu di pandang sebagai
sesuatu yang secara indah membuat imitasi yakni tiruan atau pencerminan dari
apa yang ada atau terjadi sebenarnya di dunia manusia atau dewa akan tetapi
tentu saja Basoeki Abdullah tidak hanya melakukan imitasi dari alam melainkan
menambahkan bumbu – bumbu untuk mempercantik alam yang asli seperti seniman –
seniman mooi indie lainnya. Dalam mengkaji karya Basoeki Abdullah “Sungai Yang Tak Pernah Kembali”secara
formalisme lukisan tersebut menggunakan warna – warna yang lembut dan cerah
dengan menonjolkan cahaya pada lukisannya selain itu juga dengan adanya
perpaduan warna yang dominan dengan warna hijau dan biru yang menjadi suatu
kesatuan yang padu dalam gambaran nuansa alam yang diperindah itu.
Ke-khas an karya seni yang dibuat
Basoeki Abdullah ini mempunyai cita rasa mooi indie yang kental dengan berbekal
kemolekan Hindia Belanda yang dapat terlihat dengan warna – warna yang lembut
dengan goresan yang lembut dan spontan memberi kesan yang indah sehingga
menghasilkan suasana yang tenang dan dinamis. Dengan penggunaan kombinasi warna
– warna pada karya beliau tersebut dapat menghasilkan ketenangan dalam tahap
tertentu, beliau pun menempatkan obyek – obyek alamnya dalam komposisi formal,
seimbang sehingga akan semakin terasa ketenangannya. Keberadaan garis dalam
lukisan ini pada dasarnya berfungsi sebagai identitas bentuk,seperti halnya
yang tampak pada gunung, sungai, pepohonan dimana garis – garis tersebut
mendeskripsikan batas – batas atau kontras dari nada gelap terang dengan
demikian rupa bentuk pada lukisan ini adalah bentuk yang terlihat dalam
kaitannya dengan bentuk – bentuk yang lain atau ruang yang mengelilinginya.
Dari aspek indeks, gaya dan tema lukisan ini dapat dikaitkan dengan kondisi alam
yang sedang di terpa sinar matahari pagi yang memancar dan cenderung dingin
sehingga bisa bermakna ketenangan, emosi Basoeki dalam lukisan ini secara jelas
tampak dari sapuan kuas yang lembut dengan tarikan garis yang halus dan spontan
dengan warna – warna yang lembut menggambarkan ekspresi keprihatinan seakan
beliau sedang merenungkan sesuatu untuk disesali.
Karya Basoeki Abdullah yang berjudul
“Sungai Yang Tak Pernah Kembali” ini
memunculkan makna konotatif yang tersirat, dari karya tersebut penulis dapat
menelaah suatu subject matter yang
ingin beliau gunakan dalam lukisannya yaitu sungai beliau memandang bahwa
sungai yang beliau gambarkan adalah sungai yang tidak pernah kembali dan
membuat penulis menyimpulkan suatu konsep pemikiran yang penulis hubungkan
dengan kehidupan ini bahwa pandangan sungai yangtak pernah kembali ini
menyampaikan pesan yang berupa suatu peringatan kepada para apresiatornya bahwa
yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi seperti kata pepatah nasi
telah menjadi bubur. Apabila makna dari lukisan Basoeki Abdullah dihubungkan
dengan realitas kehidupan penulis menyimpulkan sebuah makna bahwa “ kita harus
ingat bahwa waktu itu seperti sungai, kamu tidak akan menyentuh air yang sama
untuk kedua kalinya karena air yang tenlah mengalir akan terus berlalu dan
tidak akan pernah kembali, maka dari itu buatlah hidupmu lebih berarti dang
jangan terpuruk akan kejadian di masa lalu, yang lalu biarkanlah berlalu dan
menjadi sebuah kenangan. Seperti itulah hal yang dapat kita rasakan dalam
melihat karya Basoeki Abdullah, yang tergambar adalah sebuah ketenangan yaitu
ketenangan dalam menyikapi persoalan – persoalan tadi.
Dalam karya lukis Basoeki Abdullah “Sungai Yang Tak Pernah Kembali” beliau
memvisualisasikan gagasan imitasi nya dengan tambahan gaya khayalnya dengan
garis – garis dan warna yang dituangkan kedalam kanvas dengan sangat mempesona,
bahkan para masyarakat awam tentang seni pun dapat merasakan bahwa lukisan
tersebut penuh pesona. Pengungkapan atau proses menyatakan keindahan internal
itu begitu nyata mengkisahkan impuls dalam diri pelukis yang begitu kuat –
mencuat dengan demikian beliau memasuki ranah kreativitasnya, sebuah
kreativitas sebgai proses sekaligus hasil dari suatu karya itu sendiri.
Tentunya kreativitasnya tidak di dapatkan begitu saja melainkan dengan latar
belakang aktivitas seni – budayanya yang rupanya sangat berpengaruh dalam
proses kreatif melukisnya di tambah lagi dengan pengalaman estetik yang telah
ia tempuh selama itu.
Dalam lukisan Basoeki Abdullah yang
merupakan salah satu tokoh seniman Mooi Indie hadirlah dramatisasi sebagai
dunia ideal yang cantik dengan penuh warna dan cahaya, itu semua merupakan
konsep estetik dari Basoeki Abdullah sendiri seningga beliau pernah mendapat
kritikan tajam dari Sudjojono, lukisan Basoeki Abdullah dikatakan sarat dengan
semangat Mooi Indie yang hanya berurusan dengan kecantikan dan keindahan saja.
Padahal pada masa itu, bangsa indonesia sedang menghadapi penjajahan, sehingga
realitas kehidupannya sangat pahit. Kedua pelukis tersebut memang mempunyai
pandangan estetik yang berbeda, sehingga melahirkan cara pengungkapa yang
berlainan. Dalam kenyataan estetik Basoeki Absullah yang didukung kemampuan
teknik akademis yang tinggi tetap menempatkannya sebagai pelukis besar, hal itu
terbukti dengan berbagai penghargaan yang beliau perole serta dukungan dari
masyarakat bawah sampai kelompok elite di istana, dan juga kemampuan bertahan
karya – karyanya eksis menembus berbagai masa, tampaknya hal sedemikian rupa
tersebut juga berkat spiri beliau pada zamannya meskipun beliau mendapat
kritikan tajam akan tetapi beliau tetap konsisten dalam berkarya. Pada masa itu
sebagai mana banyak disebutkan dalam polemik karena mereka menyadari sepenuhnya
betapa kuatnya dominasi barat yang sangat mempengaruhi seni pada kesenian Mooi
Indie (kemolekan hindia belanda) akan tetapi Basoeki Abdullah dalam menyikapi
hal seperti demikian beliau tidak sepenuhnya di dominasi barat beliau hanyalah
menggunakan teknik – teknik barat dalamberkarya akan tetapi identitas nasional
lah yang menjadi spirit zaman nya ( The Spirit Of The Age ) yang dimana spirit
identitas nasional beliau tidak akan luntur karena lekang oleh waktu hingga
saat ini harusnya hal tersebut menjadi contoh para pelukis di era kontemporer.
Menaggapi karya Basoeki Abdullah
tentunya setiap seniman memiliki visi dan misinya tersendiri akan tetapi
setelah mengamati dan mengkaji karya lukis Basoeki Abdullah penulis berpendapat
bahwa Basoeki Abdullah menggambarkan karya seni yang tidak sesuai realitas
melainkan di perindah sebagaimana contoh di salah satu karya lukis beliau yang
melukiskan seorang gsdis petani dimana ia terlihat cantik dan jelita tanpa
adanya penderitaan padahal kenyataannya sangat berbanding terbalik dengan
keadaan gadis petani seperti sebagaimana estinya berbeda dengan Affandi yang
sangat menjiwai sesuai dengan realitas kehidupannya dimana kuasnya yang
bergejolak seolah ikut bergerak dalam goresan, warna, ritme, dan suasana yang
menyeluruh. Hal seperti ini tidaklah dimiliki oleh Basoeki Abdullah dengan
misinya seorang turis (tour de force). Hal sedemikian rupa kemungkinan terjadi
karena sesuai latar belakang sejarahnya dimana ia telah lama tinggal di barat
dan lukisnya pun secara teknik mendominasi teknik barat.
Dengan menerapkan teknik barat
Basoeki Abdullah memiliki tenik yang bagus dengan vituositas yang tinggi namun
tampaknya beliau tidak luput dari bahaya bagi mereka yang memiliki virtuositas
yang tinggi yaitu kurangnya penjiwaan atau kurang menyatunya lukisan dengan
ekspresi pelukisnya maka dilihat dari sudut pandang itulah karyanya terasa
kurag berbobot meskipun kita menyadari bahwa lukisan Basoeki Abdullah cukup
baik dari sudut pandang formalisme dan
juga dari sudut pandang estetik karyanya seperti halnya unity, complexity, intensity
telah terdapat pada karya Basoeki Abdullah namun di sisi lain pada karya lukis
Basoeki Abdullah masih kurang dalam hal
kreasi artistik karena penulis berpendapat bahwa kreasi artistik tidak hanya
terletak pada kemampuan seniman untuk mengolah material seni ataupun masalah
internal karya seni saja karena dalam kreasi artisik juga berlaku sebuah
anggapan seni juga sebagai sarana untuk memajukan dan mengembangkan tujuan
moral, agama, politik, dan berbagai tujuan psikologis dalam kesenian namun kreasi
artistik seperti inilah belum dapat tersampaikan melalui karya lukis Basoeki
Abdullah yang berjudul “Sungai Yang Tak
Pernah Kembali” ini sehingga juga dapat mempengaruhi kualitas seni yang di
ciptakan Basoeki Abdullah.
Setidaknya
Basoeki Abdullah telah menghadirkan kepekaan panca indera, kejernihan
pemikiran, ketajaman perasaan dan institusi yang di refleksikan dalam karya
lukisan – lukisan yang molek dan penuh introspektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar